Distankan Lakukan Inovasi Pelepasan Varietas Matoa

Distankan Lakukan Inovasi Pelepasan Varietas Matoa
Wali kota Pekanbaru DR H Firdaus MT bersama Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Pekanbaru Ir Syahmanar S Umar MM melaunching Varietas Lokal Matoa yang diteliti oleh Akademisi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska)  Riau

PEKANBARU - Wali kota Pekanbaru DR H Firdaus MT bersama Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Pekanbaru Ir Syahmanar S Umar MM melaunching Varietas Lokal Matoa yang diteliti oleh Akademisi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska)  Riau, di Plaza Mall Pekanbaru (MPP), pada Kamis (15/10/2020).

Dalam sambutannya, Kepala Distankan menyampaikan matoa merupakan tanaman buah yang sangat besar prospeknya di kota Pekanbaru. Selain itu, kesesuaian lahannya telah mengasilkan varietas-varietas lokal selama lima tahun terakhir ini.

Bersama dengan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, pemilik lahan, Distankan melakukan upaya pelepasan verietas lokal matoa.

"Pekanbaru merupakan Provinsi kedua setelah Papua yang melepas Varietas Lokal Matoa pada tahun 2016 lalu," kata Kadistankan.

Presentasi yang dilakukan oleh Akademisi UIN SUSKA Riau yaitu DR Rosmaina MSi dan Zulfahmi MSi pada pertemuan tersebut memaparkan ada beberapa varietas lokal selain natoa seperti nenas, jambu dan mangga.

Matoa menjadi prioritas utama untuk diajukan legalistasnya menjadi varietas lokal adalah matoa  hitam, matoa merah dan matoa kuning yang akan diusulkan ke Kementerian Pertanian melalui pengantar yang ditandatangani oleh Wali kota Pekanbaru DR H Firdaus MT.

Dijelaskan DR Rosmaina MSi, matoa (pometia pinnata,red) yang diajukan ini mempunyai beberapa keunggulan yang pertama adalah warnanya cerah, relatif berukuran besar, dan rasa yang manis serta daging buah kering. Matoa jenis ini sudah diteliti dan sudah dilakukan penanaman oleh pengusaha pertanian dilahan Bapak Purwo mantan ketua KTNA Pekanbaru di daerah Rumbai.

Wali Kota Pekanbaru Dr H Firdaus MT, menyambut baik pelepasan varietas matoa ini. "Hak intelektual ini harus cepat diurus. Maksimal akhir November ini sudah diajukan," kata Firdaus

Ditambahkan Firdaua, sektor pertanian kota Pekanbaru sangatlah penting untuk dilakukan pengembangan melalui penciptaan inovasi-inovasi baru. "Seperti halnya komoditi anggur yang saat ini lagi viral," imbuhnya.

Disampaikan orang nomor satu dinPekanbaru ini, Pembentukan kawasan-kawasan wisata farm juga sangat penting. Pasalnya, hal ini akan menggerakan perekonomian masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).

"Petani di Kota Pekanbaru saat ini tidak bisa lagi disebut sebagai Petani murni. Tetapi lebih tepat disebut sebagai pengusaha pertanian. Hal ini karena usaha-usaha pertanian yang dilakukan sudah tak ada lagi kendala dipangsa pasar. Bahkan tanaman pekarangan saja sebelum panen sudah ada yang akan membeli," kata Firdaus.

Pada akhir diskusi tersebut, disepakati beberapa nama matoa varietas lokal yang akan diajukan ke Kementerian Pertanian. Agar mendapat pengakuan sebagai varietas unggulan yang nantinya bisa dilepas. 

Berikut nama matoa yang akan diajukan, matoa jenis Hitam fiajukan dengan nama Matoa Tobek Godang, selanjutnya matoa jenis merah diajikan dengan nama Matoa Madani dan sedangkan jenis kuning diajukan dengan lokal Matoa Maharani.

Sebagai target bersama, pengajuan legalitas varietas lokal matoa ini sudah harus selesai di Desember 2020 ini. Sehingga tahun depan sudah bisa diproduksi secara massal dan menjadi komoditi unggulan yang akan dilepas ditengah masyarakat. (***)

Berita Lainnya

Index