Opini

Memulai Pekerjaan Dengan Niat dan Tertib

Memulai Pekerjaan Dengan Niat dan Tertib

PEKANBARU - Upayakan keberhasilan untuk melalui kesuksesan yang akan menghantarkan kita kepada kehidupan yang lebih baik yang sedang kita jalani.

Untuk itu maka kita berharap agar mengupayakan keberhasilan itu dapat dicapai dengan usaha yang tekun dan sungguh-sungguh.

Usaha yang tekun dan sungguh-sungguh itu akan dapat dilakukan, jika kita menghayati akan tujuan dan maksud sebenarnya kita melakukan sesuatu pekerjaan tersebut. Yang mana bukan sekedar sesuatu yang dikerjakan sambil lalu. Maka kesabaran adalah ukurannya,sedangkan kuncinya adalah niat dan tertib. 

Niat dan tertib tentunya harus pula diketahui siapa yang berniat dan dimana tempatnya menertibkan niat tersebut. Yang berniat mestinya adalah ruh atau mukmin yang tidak laki-laki dan tidak perempuan, tapi ada di dalam dada laki-laki dan ada di dalam dada perempuan. Sedangkan tempatnya niat itu ditertibkan ialah di Baitullah.

Ruh atau mukmin itu tidak pernah dusta dan tidak mau didustakan. Semua ruh setiap manusia di permukaan bumi ini dari suku bangsa dan agama manapun adalah sama, karena berasal dari Tuhan yang satu. Maka disebut oleh Tuhan bahwa manusia adalah umat yang satu. Tuhannya satu. Adapun yang berbeda adalah personal atau fisik individu atau tubuh manusia itu sendiri, yang melahirkan bahasa kaum yang berbeda, warna kulit dan adat kebiasaan ynag berbeda dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta di mana kaum ia dilahirkan.

Niat dan tertib itu jika tercapai maka tentu seseorang tidak akan terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan segala pekerjaan atau perbuatan.

Di Baitullah itulah niat dapat ditertibkan. Adapun niat itu memerintah, artinya ialah ia yang memerintah setiap kita akan memulai suatu pekerjaan atau perbuatan. Apakah sudah benar niat kita akan melakukan sesuatu?

Jika ia intens atau sering mengingat Allah, maka ada suara hati yang berkata, ia pasti menegur kita mengingatkan akan suatu perbuatan yang akan kita lakukan.

Suara hati nurani setiap manusia di dunia ini pasti sama; yaitu cenderung akan kebenaran, cenderung akan kejujuran, cenderung akan kasih sayang, dan cenderung akan kebaikan.

Persoalannya adalah seringkali suara hati atau voice of the heart yang mengajak kepada kebenaran itu tidak lagi muncul, karena jarangnya kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka oleh sebab itu suara kebenaran yang dari hati nurani itu diintervensi oleh suara keinginan hawa nafsu manusia yaitu : mengajak kepada penyelewengan, berlawanan dengan suara hati nurani nya yang suci tadi.

Sedangkan tertib mengatur, artinya niat dan tertib itu secara utuh mesti dilakukan dengan mengingat Allah dan Rasul Nya di Baitullah. Maksudnya secara sederhana yaitu segala tindak-tanduk dan gerak-gerik kita ini mesti minta izin dulu kepada Allah dan Rasul Nya melalui ingatan secara hakikat di baitullah.

Tanpa itu semua maka tidak sampailah amalan itu izin daripada Allah dan Rasul Nya melainkan ialah hanya perbuatan manusia saja, yang tentunya tiada ia bernilai ibadah disisi Allah subhanahuwataaala. Artinya Allah dan Rasulnya tidak memperhatikan, dan tentu saja tidak dapat memberi manfaat segala perbuatan itu secara hakikat, dan tidak pula mendapat perlindungan Allah dan Rasul Nya dari segala mudharat dan kejahatan yang bisa saja timbul dari suatu pekerjaan atau perbuatan tersebut.

Sedangkan menyaksikan tetap disaksikan oleh Allah dan Rasul Nya namun berbeda nilainya jika suatu perbuatan itu diperhatikan oleh Tuhan dengan Ia hanya menyaksikan saja. Kalau ia memperhatikan, artinya Ia betul-betul melihat dengan teliti, memberi kita kesehatan dan kekuatan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik agar suatu perbuatan hambanya itu bermanfaat dan mendapat ridho Nya. Sedangkan jika ia hanya menyaksikan, ya sekedar melihat saja, namun tidak menjadi perhatian Nya, namun tetap dicatat sebagai sebuah amal atau perbuatan apakah itu baik atau buruk.

Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak dimulai dengan niat dan tertib tentu saja berbeda halnya dengan yang dimulai dengan niat dan tertib. Jika pekerjaan yang dimulai dengan niat dan tertib dan dibarengi dengan do'a mohon restu serta perlindungan dari Nya, meskipun kecil dan sederhana maka sudah barang tentu Tuhan mencatat perbuatan itu bernilai ibadah kepada Nya dan Ia langsung yang akan membalasnya. Selain itu ada nilai manfaat yang dilakukan maka akan berlipat ganda lah nisabnya bagi yang memperbuatnya.

Namun jika sesuatu perbuatan yang dilakukan tidak dengan niat dan tertib kepada Allah dan Rasul Nya, suatu pekerjaan itu hanya bernilai duniawi semata, meskipun besar perbuatan tersebut dilakukan, atau megahya sebuah bangunan dibangun, namun disisi Tuhan, tidak ada nilainya dan tentu saja tidak mendapat kasih sayang Allah dan Rasul Nya.

Demikianlah tulisan ini disampaikan, sebagai bahan musyawarah bagi diri pribadi kita masing-masing. Semoga ada manfaatnya. Mohon maaf atas salah dan khilaf, mohon tegur sapa dan diluruskan. Kepada Allah dan Rasul Nya saya mohon ampun dan taubat.

Penulis: Abuzar

 

Berita Lainnya

Index