Menciptakan Budaya Inovatif Dalam Berorganisasi

Menciptakan Budaya Inovatif Dalam Berorganisasi

Budaya organisasi menjadi salah satu sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha sosial. Secara sederhana, budaya organisasi didefinisikan sebagai norma-norma, nilai, asumsi, kepercayaan, kebiasaan yang dibuat dalam suatu organisasi dan disetujui oleh semua anggota organisasi sebagai pedoman atau acuan organisasi dalam melakukan aktivitasnya baik yang diperuntukkan bagi karyawan maupun untuk kepentingan orang lain. 

Perusahaan sebagai organisasi harus menerapkan inovasi dalam kegiatannya. Inovasi dalam organisasi menjadi salah satu hal bermanfaat yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Inovasi merupakan suatu hal yang baru berupa apapun yang dapat terjadi di dalam suatu organisasi. Inovasi ini selalu berbentuk proses perubahan yang memberikan kemajuan bagi organisasi.

Meskipun membuat inovasi itu tidak mudah, namun terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin guna memunculkan inovasi di dalam organisasi :

1. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas inovasi

Mempromosikan inovasi dan gagasan harus ada di setiap jiwa seorang pemimpin, untuk itu setiap karyawan harus didorong melakukan inovasi yang dapat membantu tugas mereka sehari-hari. Setiap gagasan atau inovasi harus mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, dalam bentuk haadiah ataupun kompensasi tertentu.

2. Menciptakan kreativitas melalui kerjasama

Vijay Govindarajan menyebutkan bahwa krativitas dan inovasi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama ataupun akusisi sebuah bidang usaha, seperti yang dilakukan ketika perusahaan animasi Pixar diakuisisi oleh Disney yang kemudian menimbulkan semangat baru pada tim dari Disney dalam berkreativitas.

3. Meluangkan waktu untuk inovasi

Pada tahun 1948, 3M meluncurkan 15 Percent Program yang menganjurkan kepada setiap karyawan guna menyediakan 15 persen dari waktunya untuk menciptakan inovasi. Hasilnya mereka beerhasil menciptakan konsep Post-It Note yang terkenal. 

Hal ini kemudian juga diikuti oleh Hewlett-Packard dan Google, yang akhirnya berhasil menciptaakan produk Google Earth dan konsep Gmail.

4. Meningkatkan komunikasi 

Seorang pemimpin biasanya melakukan komunikasi dengan cara berdebat dan berdiskusi, namun demikian kedua kata kerja ini memiliki arti negatif. Untuk menghindarinya pemimpin ataupun atasan bisa mempergunakan pendekatan yang lebih fleksibel, misalnya dengan mengadakan dialog atau komunikasi dua arah. 

Dialogue sendiri berasal dari bahasa Yunani dialogos, yang berarti memberikan pengertian. Hal tersebut bukan hanya kata yang bersifat semantik semata, karena ini lebih banyak menunjukkan dari inti kepemimpinan modern yang menekankan pada pengertian memperluas wawasan. 

Untuk itu pemimpin harus bisa menfasilitasinya agar ide dan inovasi dapat terus berkembang dengan baik.

5. Jangan berasumsi ataupun berprasangka buruk

Pemimpin yang baik harus belajar untuk menahan diri, dalam mengolah informasi dan memberikan penilaian atas dasar intreprestasi mereka sendiri. Penilaian yang prematur ataupun prasangka buruk akan dapat membuat proses inovasi mengalami kemacetan.

6. Menjadi pendegar yang baik

Pemimpin yang mau mendengarkan aspirasi dari karyawannya, dapat mendorong mereka untuk lebih aktif dalam berinovasi. Karena dengan meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mendengarkan mereka, maka karyawan akan merasa lebih dihargai. Akibatnya mereka akan merasa nyaman dalam menumbuhkan ide dan gagasan secara bebas.

Dalam menghadapi persaingan dalam dunia bisnis, organisasi tentu harus menerapkan budaya inovatif. Keterampilan dalam berinovasi mnjadi sebuah keunggulan tersendiri dan ini bisa dicapai dengan bantuan pemimpin yang baik. 

Penulis :

Novianti Arnas Putri dan Ratih Fauziah

Universitas Muhammadiyah Riau, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Prodi Akuntansi

Berita Lainnya

Index