ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN  PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

Mengambil keputusan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. mengingat keputusan dalam pekerjaan sangat berkaitan dengan orang banyak, maka berbagai hal terkait dengannya perlu dipikirkan dengan baik. 

Bagi sebagian orang, tidak mudah mengambil keputusan, apalagi kalau yang mau diputuskan itu menyangkut kepentingan berbagai pihak. Agar tidak membawa kerugian yang besar, maka keputusan perlu dipertimbangkan secara matang. Pengetahuan yang memadai tentang unsur-unsurnya dan proses pengambilan keputusan sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang bermutu. 

Seseorang sangat terpengaruhi dua hal yang menentukan arah pemikiran dan bertindaknya, yaitu kepribadian dan gaya kognitif. Kepribadian mengacu kepada  sikap atau kepercayaan dari individu, sedangkan gaya kognitif mengacu kepada cara seseorang menerima, menyimpan, memproses dan meneruskan informasi. 

Dalam proses pembuatan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif berinteraksi saling memengaruhi (meningkatkan atau mengurangi) pengaruh dari informasi akuntansi. Maka terdapat, titik temu batas wajar yang disebut toleransi ambiguitas (tolerance for ambiguity). Toleransi ambiguitas ialah variabel kepribadian yang mengukut derajat (seberapa besar) ambiguisitas yang dapat memengaruhi kepercayaan diri dalam pembuatan keputusan. 

Selain itu, terdapat pula pertimbangan independensi lapangan (field independence), merupakan variabel gaya kognitif yang menunjukkan kemampuan individu untuk sampai pada persepsi tepat dengan mengabaikan konteks yang bertentangan. 

Pengelolaan yang tepat dengan berbagai unsur kepribadian, kognitif, pengalaman, dan mampu mengontrol tingkat ambiguitas/subjektifitas dari individu menghasilkan pertimbangan matang yang menghasilkan keputusan baik. 

Mengutip pandangan Sokrates, mengatakan bahwa pengetahuan yang memadai adalah dasar untuk memberikan penilaian yang tepat terhadap suatu hal. Sokrates memberikan rambu-rambu sekaligus menjadi unsur-unsur pengambil keputusan:

Pertama, pengetahuan yang luas tentang masalah. Dalam mengambil keputusan, mengetahui masalah secara tepat merupakan langkah awal. Pengetahuan yang benar tentang masalah akan mempermudah akuntan untuk mengambil keputusan. Kedua, tujuan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang mengakomodir kepentingan semua pihak yang terkait dengannya atau minimal memperkecil resiko bagi pihak yang terkena keputusan. 

Dengan kata lain, utilitas dan kuantitas subjek harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Karena, keputusan yang baik menghasilkan dampak positif, kebermanfaat yang luas bagi semua pihak. Ketiga, komitmen pada nilai-nilai dasar. Memerhatikan dan melibatkan kaum professional dan semua pihak yang terlibat dan merasakan dampak keputusan. 

Oleh karena itu, pengambilan keputusan berdasarkan rasa hormat pada martabat manusia dan menjamin hak-hak dasar manusia. 
Keempat, kualitas pribadi. Aristoteles, mengemukakan bahwa hidup yang bermakna merupakan tujuan tertinggi dari hidup manusia. 

Dalam pengambilan keputusan, tidak saja nilai sebuah perbuatan atau tujuannya perlu diperhatikan, melainkan juga kualitas pribadi pengambil keputusan. Dalam hal ini, bermakna integritas, keberanian, otonomi dan penguasaan diri memberi bobot pada proses pengambilan keputusan. 

Kelima, keputusan harus dilakukan dengan perencanaan dan analisa yang mendalam. Keenam, pengambilan keputusan mengacu pada fakta. Pemecahan masalah harus berdasarkan kriteria objektif. Untuk memberi kesimpulan rasional dan penalaran yang memadai, sebagaimana ditegaskan oleh Richard Paul dan Linda Elder, fakta, data, dan pengalaman merupakan dasar penting. 

Bagi seorang akuntan data menjadi dasar untuk memberikan penilaian terhadap objek material dalam tugasnya.Model proses pembuatan keputusan sangatlah kompleks, secara general ada tiga model pembuatan keputusa yang digunakan untuk memahami motif pembuat keputusan dalam organisasi: 

Model Ekonomi
Beranggapan bahwa semua alternatif adalah diketahui dan kemungkinan yang berhubungan dengan alternatif dapat digitung dengan pasti. Keputusan tidak berdasarkan pada pilihan personal, tetapi didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.

Model Sosial
Beranggapan bahwa pada dasarnya manusia bertindak irasional dan bergantung pada interaksi sosial, yang merasa bahwa tekanan teman sebaya dan harapan adalah kekuatan motivasi utama.

Model Kepuasan
Model ini berdasarkan pada konsep Simon seorang pakar administrasi. Model kepuasan melihat bahwa mansuai dipandang rasional karena kemampuan berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar. 

Namun, ada batasan rasionalitas. Manusia terikat pada kemampuan untuk memproses data. Manusia tidak pernah memproses data secara penuh dan memiliki batasaan dalam menguji data dalam jumlah yang besar. Dengan demikian, manusia lebih cenderung mencari kondisi yang memuaskan daripada optimal. 

Manusia mempertimbangkan masalah sesingkat yang mungkin dilakukan, mencari solusi yang dapat diterima. 

Cyber dan March menggambarkan empat dasar konsep yang berhubungan sebagai proses pengambilan keputusan bisnism yaitu (1) kuasi resolusi konflik; (2) menghindari ketidakpastian; (3) pencarian problematik; dan (4) pembelajaran organisasi. 

Langkah pembuatan keputusan, sebagaimana mayoritas aktivitas sosial, pembuatan keputusan dalam organisasi dapat dipecah menjadi beberapa langkah, yaitu sebagai berikut: 

Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang

Langkah ini adalah upaya merespons suatu kejadian, mengkategorikan perkara sebagai masalah atau suatu peluang. 

Untuk mengenali kejadian sebagai masalah atau peluang, seorang pembuat keputusan membutuhkan informassi mengenai lingkungan, keuangan dan operasional. Informasi mengenai lingkungan eksternal memunculkan prodik baru atau kesempatan yang ada di pasar atau ancaman atas pencapaian perusahaan. 

Pendidikan, pengalaman, watak, karakter, dan faktor keprilakuan lain dari pembuat keputusan dapat menetapkan kategorisasi masalah yang kritis, kesempatan yang menjanjikan, atau waktu kapan keputusan harus dibuat. 

Terdapat keadaan atau situasi yang lebih baik keputusan diambil oleh sebuah tim yang berbeda latar belakang agar keputusan lebih tepat dapat dilihar dari berbagai sudut. 
Mencari jalan alternatif dan menghitung konsekuensi dari setiap alternatif 

Pada tahap ini sebanyak mungkin alternatif diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian alternatif dapat dimulai dari mencari alternatif yang telah terjadi pada waktu lampau. Alternatif yang ada kemudian dilihat lebih jauh dengan menggunakan aspek keuangan atau dampak keuangan yang menyertai alternatif tersebut.

Tidak semua alternatif dapat dilihat jelas melalui aspek keuangan. Jika hal ini terjadi, pendekatan lebih pada laba yang relevan dan pengorbana yang mungkin melekat pada alternatif  tersebut. 

Memilih alternatif yang memuaskan
Langkah yang paling penting dalam pembuatan keputusan  adalah proses pemilihan alternatif. Meskipun proses ini merupakan proses yang rasional, tetapi dalam pelaksanaannya, sering kali berdasarkan faktor politis dan psikologi, bukan pertimbangan ekonomi. 

Implementasi dan pengawasan
Sukses atau tidaknya keputusan akhir yang dibuat bergantung pada efisiensi dari implementasi. Implementasi hanya akan berhasil jika pihak yang memiliki kendali atas resource organisasi (uang, manusia, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk memastikan implementasi dari keputusan itu berjalan. 

Umpan balik (feedback) dari hal yang perlu dikoreksi atas keputusan itu sangat diperlukan. 

Etika dalam Pengambilan Keputusan 
Istilah etika mengacu pada peraturan atau prinsip yang mendefinisikan tindakan benar dan salah. Ada empat pandangan mengenai etika, yaitu utilitarian, teori hak, teori keadilan, dan teori kontrak sosial terpadu. 
Pandangan etika utilitarian (utilitarian view of ethics) menyatakan bahwa keputusan etika dibuat semata-semata berdasarkan hasil atau akibat dari keputusan tersebut. 

Teori utilitarian menggunakan metode kualitatif dalam pengambilan keputusan etis dengan melihat manfaat terbesar yang dapat dihasilkan dari sebuah keputusan. Utilitarianisme mendorong efisiensi dan produktivitas, serta konsisten dengan sasaran maksimalisasi laba. 

Namun disisi lain, utilitarianisme dapat menyebabkan keterabaikannya hak-hak dari sebagian pemangku kepentingan lainnya. 

Selanjutnya, menurut teori etika hak (rights view of ethics) yang mengutamakan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak serta kebebasan individu. Sisi positif, dari teori hak ini adalah terletak pada kerahasiaan dan kebebasan individu. Namun di sisi lain, hal ini dapat menghambat efisiensi dan produktivitas dengan adanya penciptaan iklim kerja yang lebih memperhatikan perlindungan hak individu daripada target atas tercapainya atau penyelesaian suatu pekerjaan. 

Mayoritas perusahaan mengikuti pendekatan utilitarian karena sesuai dengan sasaran bisnis perusahaan, yaitu efisiensi, produktivitas, dan laba. Pendekatan ini seharusnya berubah seiring dengan berubahnya lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan dan manajer.  

Penulis : Yudi Winaldi , Universitas Muhammadiyah Riau

Berita Lainnya

Index