Iran Ungkap Temuan Sumber Minyak Berkapasitas 53 Miliar Barel

Iran Ungkap Temuan Sumber Minyak Berkapasitas 53 Miliar Barel
Presiden Iran Hassan Rouhani mengungkap temuan sumber cadangan minyak baru berkapasitas 53 miliar barel. (Foto: AFP PHOTO / Behrouz MEHRI)

SERAMBIRIAU.COM - Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan temuan sumber cadangan minyak mentah baru berkapasitas 53 miliar barel. Sumber cadangan minyak ini berada di area seluas 2.400 kilometer persegi di provinsi Khuzestan, perbatasan Omidiyeh di barat daya Iran dan Irak.

Rouhani mengungkapkan sumber minyak mentah ini berada di kedalaman 80 meter di hampir 200 kilometer di Khuzestan.

Ia menambahkan temuan sumber ini akan menjadi sumber minyak mentah terbesar kedua di negara tersebut. Sumber minyak mentah utama Iran berlokasi di Ahzav dengan kapasitas produksi mencapai 65 miliar barel.

"Kami telah menemukan sumber minyak baru dengan kapasitas 53 miliar barel. Ini adalah hadiah kecil dari pemerintah untuk rakyat Iran," ungkap Rouhani disela pidatonya pada Minggu (10/11) seperti dilansir AFP.

Rouhani dalam pidatonya mengatakan temuan ini bisa meningkatkan cadangan negara sekitar sepertiga. Temuan sumber minyak kali ini hanya berselang sebulan setelah Rouhani mengumumkan temuan serupa yang disebut bisa mendatangkan pendapatan sebesar US$40 miliar.

"Kami mengumumkan kepada Amerika, hari ini bahwa kami adalah negara kaya, terlepas dari permusuhan dan sanksi yang dijatuhi kepada kami, para pekerja dan insinyur industri perminyakan Iran menemukan sumber minyak ini," ucapnya.

Iran merupakan anggota pendiri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memperkirakan cadangan minyak mentah mencapai 155,6 miliar barel.

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menempatkan Iran sebagai negara dengan pasokan minyak terbesar keempat di dunia dan nomor dua negara dengan pasokan gas terbesar. Temuan baru ini juga menambah sekitar 34 persen pasokan minyak mentah dunia.

Temuan ini menjadi harapan baru di tengah serangkaian sanksi sepihak AS terhadap Iran. AS selama setahun terakhir telah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

Akibat sanksi tersebut, Iran harus menghadapi pembatasan ekspor minyak sehingga nilai mata uang Iran anjlok hingga memicu inflasi tertinggi. (Ckp)

Berita Lainnya

Index