Pertamina RU II Dumai Uji Coba Bahan Bakar D-100, Menteri Perindustrian: Suara Mesin Halus

Pertamina RU II Dumai Uji Coba Bahan Bakar D-100, Menteri Perindustrian: Suara Mesin Halus
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati melakukan uji coba kendaraan jenis MPV yang menggunakan bahan bakar D-100 di Dumai, Riau, (15/7/2020).

SERAMBIRIAU.COM - PT Pertamina RU II Dumai resmi menguji coba bahan bakar green diesel 100% atau D-100 dari Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada kendaraan mobil jenis MPV. Pengujian tersebut menghasilkan performa mesin yang baik dan ramah lingkungan.

Uji coba itu dibuktikan langsung oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Mereka menjajal ruas jalan Kota Dumai dari Bandara Pinang Kampai Dumai menuju Kilang Minyak Pertamina RU II Dumai dengan menumpangi langsung mobil jenis MPV yang telah mengonsumsi D-100 pada Rabu 15 Juli 2020.

“Ketika saya melakukan kunjungan kerja ke DHDT Refinery Unit (RU) II milik Pertamina di Dumai, saya bersama Bu Dirut menaiki mobil yang sudah diuji dengan bahan bakar D-100, dan hasilnya suara mesin halus. Ini sekaligus sosialisasi hasil uji coba pengolahan RBDPO 100 persen,” cakap Agus dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir dari Cakaplah.com, Senin (20/7/2020).

RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya. PT Pertamina mampu menghasilkan produk RBDPO 100 persen mencapai 1.000 barel per hari di fasilitasexisting Kilang Dumai.

Pemerintah memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap keberhasilan pengembangan produk bahan bakar green diesel tersebut. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengawal implementasi program bahan bakar nabati (BBN) dalam rangka mengoptimalkan sumber daya alam yang berlimpah di Indonesia, khususnya kelapa sawit, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan para petani.

“Saya ucapkan selamat kepada Pertamina, khususnya Kilang Dumai yang telah membuktikan bahwa kita mampu dan punya keberanian luar biasa. Dengan proses yang dimulai sejak tahun 2019, kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan anak negeri dan Pemerintah akan selalu mengawal Pertamina,” papar Agus.

Menperin juga mengapresiasi kepada tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) di bawah pimpinan Prof Dr Soebagjo yang telah kerja keras bersama tim Pertamina dengan melakukan rekayasa co-processingminyak sawit, yang membuat Indonesia menjadi salah satu referensi teknologi produksi biofuel dunia.

“Keberhasilan ini mewujudkan teknologi produksi green diesel secara stand alone, dengan Katalis Merah Putih made in Indonesia,” ujarnya.

Menurut Agus, inovasi tersebut menjadi momen tepat untuk menyampaikan pesan bahwa Indonesia akan mandiri dalam penyediaan energi nasional di tengah maraknya kampanye negatif terhadap minyak sawit Indonesia oleh Uni Eropa dan negara importir lainnya.

“Indonesia akan mengurangi impor BBM dan menggantinya dengan bahan bakar hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tegasnya.

Di samping itu, penguasaan lisensi teknologi produksi katalis di dalam negeri akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi katalis dan mengurangi ketergantungan impor.

“Kami sangat mendukung rencana pembangunan pabrik katalis skala besar atau komersial. Apalagi, hampir seluruh produksi bahan kimia membutuhkan katalis sebagai jantung proses produksi, sehingga pasar katalis dalam negeri menjadi sangat potensial,” tandasnya.

Sejalan upaya tersebut, Kementerian Perindustrian akan siap memberikan dukungan berupa kemudahan perizinan industri, penyusunan rancangan SNI Katalis, hingga fasilitasi insentif perpajakan sepertitax holiday, tax allowance, dan super deduction tax.

“Selama ini, kami turut berpartisipasi aktif dalam penyusunan kebijakan dan pengembangan teknologi produksi bahan bakar hijau, termasuk diesel hijau,” jelasnya. (Cakaplah.com)

Berita Lainnya

Index