Covid-19, Antara Ketakutan dan Kebiasaan

Covid-19, Antara Ketakutan dan Kebiasaan
Ilustrasi (int)

Oleh : Rohayati, M.I.Kom 

VIRUS corona seolah tak ada habis-habisnya menjadi perbincangan banyak orang di dunia ini. Virus yang berasal dari Wuhan China ini memang sempat menghebohkan dunia akhir tahun 2019 lalu. Lalu mulai masuk ke indonesia diawal tahun 2020 dan akhirnya sampai ke Riau akhir maret 2020.

Sebelum masuk ke indonesia, bermacam spekulasi pun muncul. Bahkan tidak sedikit menjadikan wabah virus ini sebagai bahan lelucon. Ada yang bilang virus itu tidak akan masuk ke Indonesia, karena orang Indonesia hobi maka nasi kucing.

Sejumlah pihak yang semula menganggap enteng virus ini pun dibuat kalang-kabut saat virus ini masuk ke Indonesia. Ternyata benar virus itu ada, dan kini sudah sampai di Indonesia dan terus menyebar ke seluruh daerah termasuk di Riau.

Pemerintah pun dengan sigap melakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satunya adalah dengan membentuk tim Gugus Tugas dan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Hampir di semua kota-kota besar di Indonesia menjadi episentrum penularan Covid-19. Termasuk di Riau. Saat itu masyarakat takut. Apalagi saat PSBB masih berlangsung. Masyarakat dilarang keluar rumah jika tidak penting, rumah ibadah ditutup, pusat perbelanjaan, hotel, tempat pariwisata dan sekolah ditutup.

Kondisi saat itu benar-benar mencekam. Jalan raya yang biasa dipadati lalu lalang kendaraan pun sepi. Pusat perbelanjaan yang biasa berjubel orang pun sepi. Masjid yang biasa terdengar suara shalat lima waktu pun kini tak terdengar lagi. 

Namun, kini semua sudah normal kembali. Seiring dicabutnya PSBB, kini pusat perbelanjaan sudah kembali beroperasi. Masjid sudah boleh dibuka kembali. Begitu juga dengan tempat wisata. Saat ini hanya tersisa fasilitas pendidikan, seperti sekolah dan kampus saja yang belum normal lagi.

Lalu pertanyaannya, apakah saat ini kasusnya sudah turun dibandingkan sebelumnya sehingga semua tempat-tempat berkumpul sudah dibuka kembali?. 

Ternyata tidak, saat ini yang terjadi justru kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk di Riau naik berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan saat awal-awal virus ini masuk ke Riau. 

Jika awal-awal dulu penambahan kasus perhari tidak lebih dari sepuluh kasus. Coba lihat saat ini penambahan kasus per hari rata-rata selalu diatas 100 kasus. Bahkan, Sabtu 12 September 2020 sudah menyentuh diangka 200 kasus baru pasien positif Covid-19 dalam satu hari.

Tapi coba lihat apa yang terjadi, masyarakat tidak takut lagi meski kasusnya naik berkali-kali lipat dengan awal-awal kasus Covid-19 ini masuk ke Riau. Lihat saja dipusat perbelanjaan yang saat ini dipadati pengunjung, lihat saja dipasar-pasar tradisional yang saat ini disesaki pembeli, lihat saja di jalanan yang kini disibukkan dengan lalu lalang kendaraan yang tiada henti.

Mereka seolah tidak takut dengan virus ini. Padahal berita duka setiap hari selalu tersiar ada pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19. 

Lalu kenapa saat awal-awal dulu masyarakat ketakutan padahal kasusnya kecil dan sekarang tidak takut padahal kasusnya terus meroket. 

Masyarakat sudah mulai terbiasa, dan mengganngap biasa virus ini.  Namun mereka akan menjadi takut dan benar-benar wapasda saat ada angggota keluarganya, atau tetangganya yang terinfeksi virus ini.  

Lalu apakah kita harus menunggu hal itu terjadi baru kita waspada. Tentu tidak. Virus ini benar-benar ada, dan kita tidak pernah tau dimana dimana keberadaan. Karena dia adalah makhluk yang tak kasat mata. Gaib, tapi nyata. Untuk itu lah kita harus tetap waspada. Patuhi protokol kesehatan.

Jika tak paham apa itu protokol kesehatan, sederhananya ada tiga yang wajib kita kerjakan. Pertama gunakan masker saat keluar rumah atau di tempat kerja, rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan. 

Semoga kita semua terhindar dari wabah ini. 

*** Penulis adalah dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau

Berita Lainnya

Index