PEKANBARU, SERAMBIRIAU.COM - Seorang pria berusia 30 tahun tahun, memakai baju putih celana hitam, sedang memperagakan tokoh binatang di sebuah panggung kecil di lantai satu, Perpustakaan Wilayah Soeman HS Pekanbaru. Boneka kecil di tangan kanannya, dengan suara berat ia memperagakan suara harimau yang kemudian disambut gelak tawa anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) yang duduk bersila di hadapannya, Rabu (27/3).
Itulah keseharian pendongeng Afrizon Effendi di Perpustakaan Soeman HS. Pria alumni Universitas Lancang Kuning ini mengaku sudah menjadi makanan sehari-harinya dalam mendongeng. Dalam satu hari ia bisa mendongeng dua hingga tiga kali.
“Satu kali mendongeng itu saya minimal 30 menit, kalau hari-hari biasa dua sampai tiga kali sesi. Kalau pas hari mendongeng, bisa tujuh sampai delapan kali,” ujar pria yang kerap di sapa Kak Ifen ini.
Untuk menarik perhatian anak-anak sebagai audiensnya, Kak Ifen mengatakan harus menguasai berbagai trik-trik dalam mendongeng. Salah satu caranya adalah menggunakan media, mengubah-ubah suara di setiap karakter yang berbeda, gestur tubuh yang sesuai dengan tokoh, serta penghayatan.
“Yang paling penting itu penghayatan ya, kadang kita harus bertingkah seperti monyet, harimau. Suara kita juga harus berbeda untuk tokoh yang berbeda, biar anak-anak mudah memahami tokoh-tokoh yang sedang diceritakan,” tutur Kak Ifen.
Jika ingin belajar mendongeng, Kak Ifen mengatakan, seorang pendongeng harus lebih aktif dari pada anak-anak yang sedang didongengkan. Menurutnya, jika pendongeng harus membuat audiens fokus menonton pendongeng, bukan sebaliknya.
Selain itu, menjadi seorang pendongeng juga harus berani dan mengesampingkan rasa malu. Bertingkah seperti binatang adalah hal yang biasa. Memakai media juga jalan yang bagus untuk mendapatkan respons anak-anak. Ia juga tidak menampik jika pada mulanya ia sempat merasa malu ketika memulai.
“Ketika kita kuasai panggung, anak-anak mengikuti kita, setiap pendongeng punya cara tersendiri. Kalau saya tadi pakai boneka tangan yang bisa mencuri perhatian anak-anak. Suara itu sangat berpengaruh. Bergaya kaya monyet itu adalah hal biasa, pendongeng nggak boleh malu, kalau malu bukan pendongeng namanya,’’ ujarnya.
Program mendongeng adalah program dari Perpustakaan Soeman HS yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak melalui story telling. Menurut Kak Ifen, dengan mendongeng maka menghipnotis anak-anak untuk diarahkan agar gemar dalam membaca.
Kegiatan mendongeng di perpustakaan sendiri selalu berlangsung setiap harinya, pada hari Kamis menjadi Hari Mendongeng, karena saat hari itu kunjungan ke perpustakaan ini mengalami peningkatan yang signifikan.
“Sebenarnya di sini tiap hari ada mendongeng, entah kenapa paling ramai itu hari Kamis, makanya dibuatlah hari Kamis itu Hari Mendongeng,” kata Kak Ifen lagi.
Kak Ifen berharap dengan adanya program mendongeng, dapat meningkatkan kunjungan ke perupustakaan dan meningkatkan minat baca bagi anak usia dini.
“Semoga anak-anak ini menjadi generasi harapan bangsa,” katanya.
Di Perpustakaan Soeman HS sendiri ada dua orang pendongeng termasuk Kak Ifen. Cerita-cerita yang didongengkan kebanyakan cerita tentang binatang atau fabel. Kak Ifen sendiri menganggap pekerjaannya sebagai mendongeng adalah tugas yang menjadi kebiasaan sekaligus hobi. (RIAUPOS.CO)