PEKANBARU, SERAMBIRIAU.COM - Tak hanya di luar negeri, kesadaran akan upah murah dan kerja yang berat juga disadari oleh tokoh-tokoh di zaman kolonial Belanda. Salah satunya adalah Adolf Baars, seorang Belanda anggota Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV).
Baars berfokus kepada pabrik-pabrik gula yang ada di Pulau Jawa. Menurut Baars, pabrik-pabrik gula yang ada di Pulau Jawa adalah kapitalis yang dimiliki oleh segelintir orang.
Baars menyebutkan bahwa kaum kapitalis ini menyewa tanah kaum buruh dengan harga murah, dan dijadikan perkebunan. Kemudian, para buruh dipekerjakan dengan di perkebunan tersebut, namun dengan harga yang sangat murah.
Menjelang 1 Mei 1918, Baars menuntut agar buruh-buruh tersebut diberi upah yang layak. Baars menuntut perusahaan dan pemerintah kolonial memperhatikan kesejahteraan para buruh.
Selain Baars, ada tokoh bumiputera lain yang sangat memperhatikan para buruh. Dia adalah Raden Mas Soerjopranoto, yang tak lain adalah kakak dari Ki Hajar Dewantara.
Soerjopranoto menganggap bahwa para buruh hanya menjadi sapi perahan dari industri gula yang saat itu tengah memasuki masa jayanya. Saking seringnya melakukan aksi protes dengan mogok kerja, Soerjapranoto sampai dijuluki De Sioking Koning, alias Raja Mogok. (BERTUAHPOS.COM)