DR. Santoso Kuatkan Literasi Psikologi Islam Di Universitas Abdurrab

DR. Santoso Kuatkan Literasi Psikologi Islam Di Universitas Abdurrab

Pekanbaru - Akadmisi dan aktifis Dakwah Muhammadiyah Riau, Dr. Santoso memberikan perhatian besar terhadap persoalan perilaku dan kejiawaan yang makin menggelisahkan dewasa ini. Seriring perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, persoalan perilaku yang menjadi fokus dari kajian psikologi berkembang sangat mengkhawatirkan. 

Mulai dari tawuran antara remaja, miras dan narkoba, perilaku asusila, penyelengan kekuasaan oleh para penegak hukum dan masih banyak lagi. 

Menurut pandangan Dr. Santoso peran Psikologi yang terintegrasi dengan nilai agama adalah salah satu jawaban atas persoalan sosial ang sekarang melanda bangsa ini. 

Oleh karena ini gerakan integrasi keilmuan di bidang Psikologi Islam menjadi alternatif yang harus mulai diperhatikan. 

Dr. Santoso, selaku Dekan FSI Umri dan sekaligus Ketua Asosiasi Psikologi Islam (API) Wilayah Riau memberikan perhatian gerakan integrasi secara serius. Perhatiannya tidak hanya di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah, tetapi juga perguruan tinggi lain yang memiliki concern pada bidang Psikilogi Islam. 

Perhatiannya nyata ditunjukkan dengan literasi keilmuan Psikologi Islam oleh Dekan FSI Umri  bagi mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru. Kegiatan diselenggarakan dalam bentuk kuliah komprehensif pada hari Sabtu, 13 Mei 2023. 

Acara ditaja oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Politik Universitas Abdurrab dengan menghadirkan dosen dan mahasiswa. Acara tersebut berlangsung sangat antusias  dengan dengan pengayaan dan diskusi yang sangat berbobot dari para mahasiswa. 

Putifatma Hanum Melati, MHSPy, selaku dosen Prodi Psikologi Universitas Abdurrab menyampaikan bahwa isu Psikologi Islam menjadi pertanyaan dan diskusi yang hangat dalam perkuliahan dan mahasiswa khususnya memiliki keingintahuan yang besar untuk mengkaji khazanah Islam terkait psikologi (Ilm Nafs). 

Untuk itu, mahasiswa perlu diberikan literasi lebih dalam lagi tentang Psikologi Islam. Dengan demikian, cara pandang dan wawasan mahasiswa terhadap Psikologi Islam akan lebih komprehensif. 

Psikologi Islam adalah sebuah disiplin baru dalam blantika keilmuan psikologi di dunia, sekalipun akarnya sudah ada sejak kehadiran Islam itu sendiri. Kehadiran kajian Psikologi Islam secara fundamental adalah reaksi filosoifis dan akademik terhadap perkembangan persoalan kejiwaan, fikiran dan prilaku manusia modern yang saat ini belum tuntas terjawab olah perkembangan Psikilogi Barat.

Dr. Santoso mengatakan, bahwa kehadiran Psikologi Islam pada hakikatnya bukan untuk mengenyampingkan eksistensi Psikologi Barat atau moden yang telah berkembang sangat kuat. Keberadaan Psikologi Islam adalah sebuah konsekuensi dialogis akademik dan terbukanya alternatif perkembangan keimuan psikologi yang semakin kontekstual. 

Dalam paparan materinya, Dr. Santoso menyampaikan bahwa  Islam adalah agama yang memiliki kekayaan inspirasi terkait keilmuan psikologi, baik dalam konteks pandangan tentang konsep manusia, orientasi kehidupan, prinsip-prinsip kesehatan mental, dan intervensi perilaku. Inspirasi yang bersifat Ilahiyah tersebut, terbukti telah mampu ditafsirkan oleh para ilmuwan dan psikolog muslim pada abad pertengahan secara praktis.

Ath-Thabari misalnya, seorang psikolog muslim yang hidup pada abad ke-9 M, pernah menuliskan kitab dengan judul Firdaus Al-Hikam, yang mengungkap gangguan kejiwaan sebagai akibat dari imajinasi dan keyakinan-keyakinan yang menyimpang. 

Dalam terminologi Psikologi Barat sering disebut dengan halusinasi, delusi, obsesif, dan sejenisnya. Tokoh lain yang sezaman dengan beliau juga tidak kalah populernya pada masa itu, seperti Ar-Razi, penemu metode konseling Islam, Ibnu Sina penemu konsep jiwa dan intervensinya dengan kajian kedokteran, dan masih banyak lagi. 

Informasi tentang Psikologi Islam kemudian mengalami masa surut setelah gerakan renaisans di barat dan kolonialisme terhadap dunia Islam sejak abad 15 hingga awal abad 20. Sejak saat itu ilmu pengetahuan di dunia Islam mengalami kelesuan 

karena berbagai aspek. 

Ilmu pengetahuan kemudian berkembang dengan corak dikotomis, pemisahan ilmu sebagai hasil pemikiran yang rasional dengan agama sebagai sumber nilai yang substantif. 

Dalam perkembangan selanjutnya manusia modern mengalami kemajuan keilmuan yang sangat pesat termasuk juga dalam bidang psikologi. Namun demikian, tetap saja masih ada yang kurang dalam diri manusia sebagai keutuhan pribadi, yaitu persoalan spiritual. Manusia modern sangat bangga dan sibuk dengan dunia rasional, empirik, dan material. 

Sementara nilai spiritual sepi dan tak terperhatikan. Gejala-gejala dan persoalan psikologi kemudian muncul seperti cendawan di musim penghujan, pada masyarakat moden.   

Para ilmuwan Psikologi Islam yang menyadari perannya sebagai rahmat bagi semesta dan sejarah kejayaan 

Psikologi Islam di masa lalu, mulai terpangil untuk hadir dengan menawarkan solusi. Melengkapi mata rantai kajian psikologi modern agar lebih komprehensif dan mampu menjawab perkembangan zaman. 

Berita Lainnya

Index