Toga wisuda itu berwarna hitam,
Hitam adalah warna yang misterius, sebab para sarjana adalah orang-orang memiliki banyak alternatif solusi, bahkan solusi yang tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang.
Kekayaan intelektualnya misterius, seringkali tak terjangkau, bahkan tak terkira oleh orang biasa. Kompetensi ini mampu menumbuhkan harapan bagi kebanyakan orang ketika mereka tak punya alternatif dan solusi atas masalahnya.
Toga wisuda itu berwarna hitam,
Hitam adalah warna yang dalam. Maknanya seorang sarana mampu berpikir mendalam. Menemukan hakikat kebenaran yang murni, lepas dari nafsu dan kepentingan individu. Dengan kemampuan ini maka para sarana adalah orang orang yang pantas menjadi tempat meminta nasihat, memohon sesuluh, sebab mereka memiliki ketulusan yang terbebas dari nafsu.
Toga wisuda itu tempat persegi,
Toga itu berbentuk persegi, ada rapat titik yang terpusat membentuk ruang dasar. Toga persegi itu menunjukkan bahwa seorang sarana adalah orang yang memiliki kemampuan Untuk melihat suatu persoalan dari berbagai aspek secara komprehensif. Kemampuan multyperspektif ini akan menjadikan seorang sarjana menjadi pribadi yang bijak.
Toga wisuda itu tertanam kucir di tengah, maknanya seorang sarjana seorang sarjana harus memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat. Seorang sarjana dengan ilmunya bukan lagi hanya milik dirinya, tapi ia adalah milik keluarga, masyarakat dan bangsa.
Pada saatnya kucir toga itu akan dipindahkan dari kiri ke kanan, maknanya seorang sarjana harus bersiap merubah cara berpikir yang terbatas dengan kepastian menuju ke tidak pastian.
Berpikir dengan belahan otak kiri adalah cara berfikir analitik dengan keteraturan, terpola dan sistematis. Ketika sarjana telah Di wisuda, mereka akan terlepas ke dalam liar. Banyak ketidakpastian yang harus dihadapi. Oleh karena itu pola pikir juga harus berubah menjadi reflektif, elastis, dan kreatif.
Selamat berjuang para wisudawan, para pemilik hati bertabur mimpi. Saatnya engkau dilepas sendiri di jalan sepi, dan ketua engkau merasa lelah, ingatlah bahwa para gurumu masih tetap setiap mendoakanmu, seperti embun pagi yang selalu datang tiada bermusim, seperti sepoi angin yang tak akan pernah lelah menguatkan engkau di mana saja. Selamat berjuang wahai pemilik hari sejuta mimpi.
Oleh: Dr. Santoso, M.Si
(Dekan Fakultas Studi Islam Umri)