Opini

UMKM Kuat Ekonomi Berdaulat

UMKM Kuat Ekonomi Berdaulat
Sapto Priyono, S.I.Kom

PEKANBARU - Pandemi covid-19 membuat hampir setiap elemen kehidupan terkena dampak dari penyakit yang pertama kali merebak diseluruh dunia diakhir tahun 2019 ini. Mulai dari kehidupan sosial bemasyarakat yang harus mengubah kebiasaannya dalam berinteraksi dengan menggunakan masker, berjaga jarak serta memulai kehidupan yang jauh dari kata biasanya. 

Disamping itu, kerapuhan dari segi perekonomian dialami oleh semua Negara dibelahan dunia manapun, merasakan dampak dari pandemi ini tanpa terkecuali Negara Indonesia. 
Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta ini menggantungkan kehidupan perekonomiannya pada industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang biasa disingkat dengan (UMKM). 

Berdasarkan data Kementerian Koperasi, Usaha Keci, dan Menengah (KUKM) pada tahun 2021, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha di Indonesia. Artinya UMKM menjadi salah satu pilar pendukung perekonomian Negara.

Roda perekonomian UMKM di Indonesia seakan berhenti dengan hadirnya pandemi covid-19. Ada begitu banyak para pejuang UMKM tidak dapat mengerakkan usaha yang dimilikinya. Masyarakat yang takut untuk keluar rumah, adanya pembatasan sosial serta sungguh sangat kurangnya daya beli masyarakat, menjadikan pelaku UMKM sangat dirugikan. 

Hal ini membuat perekonomian Negara terkena imbasnya selama masa pandemi ini.
Program-program sebagai langkah nyata yang harus ditempuh guna merevitalisasi perekonomian Negara telah menjadi penawar sedingin ditengah kondisi pandemi yang sangat massif  dalam penyebaranya. 

Mulai dari sektor kesehatan, ada lebih dari Rp. 65 T bantuan kesehatan, kepada tenaga medis, para pasien yang terkena covid-19, dan relaksasi kredit bagi pelaku UMKM hingga hadirnya PEN (Percepatan Ekonomi Nasional) hadir dalam menjawab keadaan yang sedang dialami Indonesia.

Memasuki tahun 2022, perlahan tapi pasti roda kehidupan mulai kembali bergerak. Setelah  dilakukannya vaksinasi secara nasional memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk beraktifitas walupun tidak lepas dari pro dan kontra akan program ini. 

Daya beli masyarakat kembali hadir memberikan kekuatan bagi pelaku usaha untuk membangun kembali usahanya yang sempat terhenti akibat pandemi covid-19. Dengan UMKM sebagai salah satu penggerak perekonomian nasional yang memberikan dukungan baik bagi pendapat Negara maupun sebagai lahan pencaharian dilebih dari 100 juta penduduk Indonesia, hal ini tidak bisa dianggap remah.

Pemerintah selaku regulator pembuat kebijakan yang memberikan aturan-aturan serta kejelasan hukum bagi UMKM harus mampu menjadi payung dan mewadahi masyarakat untuk terus bergerak maju.

Disamping itu, sektor swasta seperti perusahaan-perusahaan yang sudah menancapkan kukunya dikancah global memiliki peran dalam membuka jalan bagi UMKM untuk tidak hanya berputar didalam negeri saja tetapi juga harus punya visi untuk bergerak ke mancanegara.


Riau adalah provinsi yang letaknya strategis menjadikan pintu gerbang bagi terbukanya jalur perekonomian Indonesia ke luar negeri. Dengan banyaknya potensi-potensi yang dimiliki, serta memiliki daya saing, baik dari segi produk maupun jasanya, provinsi yang dijuluki Bumi Lancang Kuning ini menawarkan keunikan dari pelaku UMKM. 

Sebut saja kekhasan dari segi kuliner, keindahan kebudayaan yang dimiliki hingga pakaian dan busana asli dari Riau memberikan warna yang tak kalah dengan daerah lain pada umumnya.
Potensi atas pakaian asli tenunan dari masyarakat Riau, memiliki corak dan kualitas yang tak diragukan lagi membawa peluang pasar yang masih terbuka lebar. 

Baru-baru ini perusahaan tekstil dibawah naungan April Group, Asian Pasific Rayon (APR) bekerjasama dengan Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) DPD Riau , sepakat untuk menguatkan sentra busana melayu Riau dengan dukungan dari perusahan APR sebagai produsen serat pakaian yang ramah lingkungan. 

Dengan mengusung tema “Melayu Merindu”, dua organisasi besar ini memberikan kesempatan bagi pegiat UMKM dibidang enterpreuner tekstil lokal untuk top level dikancah global. Untuk saat ini, Melayu Merindu telah berhasil menggait 12 pengrajin lokal dan 12 pengusaha tekstil lokal untuk bersama-sama membawa hasil tenunan melayu sebagai salah satu wastra pilihan masyarakat Indonesia. 

Hadirnya kegiatan-kegiatan yang seperti ini dapat membawa nafas segar bagi masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada industri ini. dibutuhkan peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai pelaku sekaligus konsumen dalam menggunakan produk-produk lokal. Bagaikan rantai yang tak terputus semuanya saling berhubungan antara satu dengan yang lainya. UMKM Bisa Perekonomian Berjaya.

Biodata Penulis :

Nama : Sapto Priyono, S.I.Kom

TTL : 21 Oktober 1994

Pekerjaan : Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Riau 

(Man)

 

 

Berita Lainnya

Index