Dr. Elviriadi Menilai Ada 4 Ketimpangan Konseptual Naskah Akademik RUU Omnibus Law

Dr. Elviriadi Menilai Ada 4 Ketimpangan Konseptual Naskah Akademik RUU Omnibus Law
Dr. Elviriadi Pakar Ilmu Lingkungan dan Cendikiawan Riau

PEKANBARU, SERAMBIRIAU.COM – Maraknya kontroversi pembahasan RUU Omnibus Law menarik pandangan berbagai pihak. Rancangan Undang Undang (RUU) yang digadang gadangkan akan menggenjot investasi dan penciptaan lapangan kerja dinilai pegiat lingkungan bisa menimbulkan dampak buruk ekologis.

Melalui aplikasi Whatapps Messenger kepada Sinkap.info pakar lingkungan Dr. Elviriadi membuat pernyataan menarik. Ia menilai konsep Naskah Akademik (NA) RUU Omnibus Law rentan dikondisikan akademisi yang hanya mengejar materi.

“Ya, saya dah baca naskah akademik (NA) RUU yang tak patut ini, waduh ini gawat. Saya khawatir diduga ada oknum akademisi mata duitan yang rela bikin kajian timpang,” kritiknya.

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu merinci, setidaknya ada 4 (empat) gejala ketimpangan konseptual Naskah Akademik tersebut.

Pertama, tinjauan hanya ekonomi makro dan kegagahan investasi. Existing ekonomi rakyat yang terkait tata ruang tidak di expose.

Kedua, baseline studi sumberdaya alam juga tidak dicantumkan. Bagaimana mau eksplanasi investasi di kawasan hutan atau gambut sedangkan riil kondisi tidak gambarkan.

“Ah, inikan mudah aja membaca motif si penyusun. Hak Guna Usaha (HGU) kita tertutup, deforestasi ribuan hektar per-tahun, konflik lahan, konflik tambang, ini kalau di kemukakan tentu blunder lah barang (Naskah Akademik) tu” cetus Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah itu.

Ketiga, argumen deregulasi sejumlah undang undang sangat longgar. Korelasi, interaksi desain-desolen gak jelas. Penyelarasan norma hukum masyarakat, tata nilai, filosofi dan sosiologi seharusnya menjadi tujuan sebuah naskah akademik.

“Ini siapa yang bikin, kok ringan sekali teks dan substansinya,” sindir mantan aktivis mahasiswa itu.

Keempat, Elviriadi meminta naskah akademik RUU Omnibus Law dibongkar ulang dan disempurnakan. “Ini nyaris seperti justifikasi berlebihan arus kapitalisme bin neolib yang tanpa ide apa apa. Ajak lah kawan kawan CSO dan Tokoh Independen membahas. Investasi nihil ide hanya menciptakan petaka sosio-ekologis,” pungkas dosen yang istiqamah gunduli kepala demi nasib hutan ini mengkritisi. (Sinkap.info)

Berita Lainnya

Index