'Riau Hijau' Wujud Kecintaan pada Negeri, Pembuktian pada Dunia

'Riau Hijau' Wujud Kecintaan pada Negeri, Pembuktian pada Dunia
Gubernur Riau Syamsuar didampingi kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau serahkan bibit tanaman kepada masyarakat. (Dok. Biro Humas Setdaprov Riau)

SERAMBIRIAU.COM  - Isu lingkungan sering kali dimanfaatkan negara asing sebagai bahan untuk melakukan monopoli perdagangan internasional, berbagai tudingan negatif turut mempengaruhi hingga berdampak pada harga komoditi ekspor dalam negeri.

Provinsi Riau dengan segala kekayaan dan potensi sumber daya alamnya, kerap menjadi sasaran kepentingan ekonomi maupun kepentingan politik negara-negara adikuasa.

"Kita ini selalu menjadi (korban) kepentingan - kepentingan dari perdagangan internasional, mereka (negara asing) mengatakan Riau ini tidak ramah lingkungan, selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan, gambut tidak diperhatikan, sehingga berpengaruh pada harga sawit murah, harga karet murah, harga kelapa murah, bahkan harga kertas pun murah," kata Gubernur Riau Syamsuar, Sabtu (16/3/2019).

Karena itu, Syamsuar mengajak seluruh masyarakat untuk menjawab semua permasalah tersebut, "Kita tidak mau itu menjadi alasan-alasan politik yang menggangu ekonomi kita".

"Dari awal-awal kita sudah memiliki komitmen agar produk kita diakui oleh internasional, secara global, sehingga Haraga komoditas dari Riau ini mampu lebih baik di masa akan datang," tambahnya.

Foto : Gubernur Riau menanam Pohon Bintangur di Tanam Wisata Alam Buluh Cina, Kabupaten Kampar. (Dok. Biro Humas Setdaprov Riau)

"Riau Hijau", sebut Syamsuar, adalah program yang disiapkan untuk mengatasi persoalan lingkungan tersebut, yang implementasinya sangat membutuhkan dukungan dan kepedulian masyarakat.

Bagaimanapun, dikatakannya, urat nadi ekonomi Riau bergantung pada komoditi pertanian dan perkebunan, "maka dari itu ayo kita buktikan kepada negara luar bahwa kita cinta terhadap lingkungan, kita juga memelihara gambut dan sebenarnya kita cinta terhadap hutan kita".

"Oleh sebab itu kita mengajak seluruh komponen masyarakat untuk peduli, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, kalau kita cinta negeri kita, ayo kita wujudkan ini bersama-sama," ajak Syamsuar.

Program 100 Hari

Pasca dilantik 20 Februari 2019, Syamsuar menjadikan "Riau Hijau" sebagai salah satu program prioritas dalam 100 hari kerja, salah satu strateginya adalah mengajak masyarakat untuk terlibat dan aktif melakukan merehabilitasi hutan.

Sampena peringatan Hari Bhakti Rimbawan Tahun 2019, didampingi Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution dan jajaran, Syamsuar memulai program tersebut dengan aksi penanaman pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Sabtu Pagi.

Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Pemerintah Provinsi Riau turut mendistribusikan 20 ribu bibit tanaman untuk dibagi kepada masyarakat setempat.

DLHK juga telah menyiapkan satu juta bibit tanaman setiap tahun untuk mengimplementasikan program yang menjadi visi-misi Gubernur Riau itu.

"Hari ini kita membagikan 20 ribu bibit untuk tiga desa, jenisnya macam-macam, ada Jengkol, Sirsak, Petai, Durian dan beberapa lainnya, kalau yang ditanam di TWA ini ada 900 bibit, semuanya pohon langka seperti Pohon Kulim, Meranti dan sebagainya. Kita juga menyiapkan satu juta bibit per tahun untuk di bagi ke masyarakat," tutur Kepala Dinas LHK Riau Hidup Ervin Rizaldi.

Selain menjadi bagian dalam program "Riau Hijau", Syamsuar mengatakan, gerakan penanaman pohon tersebut merupakan cara untuk menunjukkan rasa cinta kepada alam.

"Sekaligus upaya memelihara dan melestarikan hutan kota yang mungkin sudah tidak banyak lagi kayunya," ujar Syamsuar.

Penanggulangan Sampah Plastik

"Riau Hijau" tidak hanya berorientasi pada pemulihan kawasan hutan kritis, tapi juga fokus dalam penanggulangan masalah sampah plastik.

"Program ini sebenarnya bukan hanya sekedar menanam pohon, tapi ini adalah komitmen mengajak seluruh masyarakat Riau agar peduli terhadap lingkungan, baik di lingkungan hutan, lingkungan sungai, termasuk lingkungan kita sendiri, terutama soal masalah sampah plastik," kata dia.

Permasalahan sampah plastik, kata Syamsuar, saat ini telah menjadi permasalahan bagi dunia meningkat dampaknya yang luar biasa, "kalau sampah plastik ini dimakan ikan, kemudian ikan itu kita makan, kesehatan kita akan terganggu, menyebabkan stanting pada ibu hamil, maka ini juga harus menjadi perhatian kita semua".

Sebagai upaya dalam menanggulangi permasalahan sampah plastik ini, Syamsuar telah menginstruksikan kepada seluruh bupati di wilayah setempat untuk melaporkan jumlah produksi sampah per hari di masing-masing daerah.

"Ini dimaksudkan agar kita bisa menghitung dan mencari solusi untuk masalah sampah yang ada di daerah," tuturnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan, esensi program "Riau Hijau" ini adalah bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan yang berkelanjutan sebagai upaya penyelamatan Bumi.

Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Selaras dengan itu, Syamsuar juga telah membuat patron kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup sebagai penyangga kehidupan.

Ungkapnya, perubahan bentang alam dan tata kelola mengakibatkan suatu evolusi pada kawasan ekosistem hutan di Provinsi Riau.

Karena itu, dia katakan, pembangunan juga harus dibarengi dengan meningkatkan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, melakukan pemulihan kawasan kritis, menurunkan sedimentasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, serta meningkatkan kualitas sumber daya pesisir dan laut.

disamping itu, turut pula adanya upaya peningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan menurunkan pencemaran, melakukan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dengan upaya menurunkan efek gas rumah kaca, serta meningkatkan penganggulan abrasi di wilayah pesisir.

"Untuk melaksanakan semua ini, tentunya kami mengharapkan peran serta dari seluruh masyarakat," demikian Syamsuar. (ADV)

Berita Lainnya

Index