ARTIKEL

Usia Senja Media Massa Cetak : Bertahan, Berevolusi atau Punah

Usia Senja Media Massa Cetak : Bertahan,  Berevolusi atau Punah
Rohayati, M. Ikom Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau

DULU, melihat orang duduk diteras rumah sambil ditemani secangkir kopi dan seiris roti dan membuka lembaran media massa cetak, koran menjadi pemandangan yang biasa. 

Bagi mereka yang langganan koran, biasanya loper koran sudah tiba dirumah pelangganya dini hari. Si pemilik rumah pun sudah tidak sabar untuk melihat apa berita terhangat yang dimuat di koran edisi hari ini. 

Bagi yang tidak berlangganan, terpaksa harus sedikit berjuang, pergi ke toko buku terdekat, atau ke simpang lampu merah untuk membeli koran. 

Duduk sambil melintangkan kaki dan menengadahkan kedua tangan sambil membolak-balik lembaran demi lembaran koran pun menjadi rutinitas yang biasa dilakukan oleh seseorang yang haus akan informasi.

Dibeberapa kantor, juga terlihat ada rak yang didesain khusus untuk meletakkan koran. Kalau di kantor biasanya lebih banyak pilihan. Ada beberapa media yang disajikan. Tinggal nanti para tamu kantor yang akan memilihnya. Media mana yang akan dibaca.

Sambil duduk menunggu giliran di panggil biasanya, mereka memilih untuk melihat koran. Entar betul yang dibaca adalah berita, atau hanya sekedar melihat lowongan kerja, atau hanya sekedar melihat foto lepas, atau hanya sekeda melihat iklan.

Apapun yang dilihat, tapi saat itu koran dan sejenisnya, majalah, buletin atau tabloid memang masih menjadi primadona. Apakah untuk mencari informasi atau hanya sekedar pengisi waktu luang.

Namun siapa yang menyangka, pemangandangan diatas belakangan ini mulai langka. Meski belum sepunah dinosaurus yang hanya menyisakan rangka dan cerita, namun bukan tidak mungkin, kedepan, media cetak juga akan menjadi dinosaurus, yang hanya meninggalkan cerita.

Dibaca di pagi hari bersama secangkir kopi dan dibaca dilobi kantor saat menunggu giliran. 

Lihat saja sekarang, perkembangan informasi dan digitalisasi menggerus eksistensi media cetak. Tidak hanya di tanah air, tapi di dunia, bahkan dibeberapa negara sudah ada yang punah duluan. Dan di negera kita pun hanya tinggal menunggu giliran.

Sekerang, orang begitu mudah mendapatkan informasi. Tidak harus langanan koran yang diantarkan loper setiap pagi, tidak harus ke toko buku atau simpang lampu merah untuk membeli koran.

Namun digemgaman masing-masing orang begitu mudah mencari dan mendapatkan informasi. Alat itu diberinana gawai, ada juga yang menyebut android, tidak sedikit yang mengistilahkan smartphone, atau yang lebih akrab lagi adalah handphone, atau biasa disebut HP.

Apapun itu nama dan sebut serta istilahkan, namun yang jelas, benda itu bukan barang keramat dan mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu.

Handpone sudah menjadi barang biasa bagi setiap orang. Tidak tua, muda, anak-anak, laki, perempuan, pedagang, petani, pejabat semua sudah akrap dengan android.

Sadar atau tidak, alat tersebut mampu mengubah cara orang mendapatkan informasi secara dratis. 

Kini, seseorang tidak perlu membolak-balikkan lembaran-lembaran koran untuk mendapatkan informasi. Hanya tinggal mengetik kata kunci dan mengusapkan jari ke layar smartphonenya, beragam informasi pun bisa dinikmati secara gratis dan cuma-cuma.

Tidak hanya satu atau dua media seperti saat kita langganan koran, namun kita bisa membaca puluhan, ratusan atau bahkan ribuan media. Tidak hanya media lokal, tapi juga nasional atau bahkan internasional.

Tidak hanya bahasa indonesia, tapi kita bisa memilih beragam bahasa. Tidak hanya teks dan foto, tapi kita juga bisa menikmati informasi lewat visual, suara dan video.

Lantas kita jangan heran, jika media cetak mulai ditinggalkan pembacanya. Usia senja media cetak bukan hanya cerita. Tapi sudah nyata dan tampak jelas didepan mata kita.

Lihat saja, media cetak yang dulu akrap dengan kita, kini kita tidak lagi bisa menjumpaianya. Jangankan untuk langanan, ke toko buku sekalipun kita tidak lagi bisa menumukan benda keramat itu. 

Diantara kita tentu tidak ada yang mengenal majalah bobo, aneka yes, kartini, cek and ricek dan tabloid bola. 

Sedangkan untuk di Riau, dulu ada Media Riau, Rakyat Riau, Inforiau, dan beberapa tabloid mingguan di Riau.

Tapi media massa itu kini tak terbit lagi dengan bentuk media cetak. Jika pun ada, itu hanya pada momen-momen tertentu.

Beberapa media cetak yang bertahan saat ini, terpaksa harus berevolusi. Meraka harus bertahan hidup di dua flatfom. Cetak dan Online. 

Di Riau misalnya, Riau Pos tetap eksis dengan media cetaknya, namun disisi lain sudah menyiapkan riaupos.co untuk versi online. Tribun Pekanbaru juga demikian, tetap bisa eksis di edisi cetak, namun terus menggenjot versi onlinenya di Tribun Pekanbaru.com. 

Begitu juga dengan yang lain, Haluan Riau, Pekanbaru MX, Koran Riau, Pekanbaru Pos juga sudah membaca arah angin akan matinya media cetak dan menyiapkan nafas barunya melalui flatfom media online.

(*** Rohayati, M.Ikom Dosen Komunikasi FDIK UIN Suska Riau)

Berita Lainnya

Index